search

Thursday, October 15, 2015

Ukuran Bahagia


            Tayangan di televisi itu membuatku berpikir, lalu kalau aku menjadi dia apa aku akan merasa bahagia? Pikirku setelah menyaksikan tayangan seseorang memenangkan uang sebesar 1 miliyar rupiah dari sebuah acara di televisi.



            Apa aku akan bahagia jika aku memiliki 1 miliar rupiah? Lalu, apakah kebahagiaan dapat diukur dengan uang? Banyak orang mengatakan bukan, uang bukan sumber kebahagiaan, justru uang akan membuat kita tidak puas dan akhirnya menjadi serakah. Banyak orang berkata keluarga adalah kebahagiaan mereka, apakah keluarga dapat dijadikan ukuran kebahagiaan? Lalu, bagaimana dengan mereka yang berada dalam keluarga yang "broken home" atau tidak utuh lagi? Sebagian orang juga mengatakan kebahagiaan mereka berdasarkan barang, jika mereka memiliki barang bermerk maka mereka akan merasa bahagia.

            Saat merasa senang, kita tertawa. Saat merasa sedih, kita menangis. Namun ada juga, tangisan kebahagiaan, menangis karena terharu, terlalu bahagia. Mengapa tangisan yang biasanya melambangkan kesedihan justru dapat juga menjadi reaksi orang karena terlalu bahagia? Menurutku, hal tersebut disebabkan karena realsi orang terhadap suatu kejadian berbeda-beda. Lalu aku kembali berpikir, mungkin persepsi atau ukuran bahagia setiap orang juga berbeda-beda. Misalkan saja seorang anak mendapat nilai 99 dalam ulangan matematika yang dapat dikerjakannya dengan mudah membuatnya merasa sedih, karena merasa tidak puas akan pencapaiannya yang seharusnya dapat menjadi sempurna yaitu nilai 100, sedangkan ada seorang anak yang mendapat nilai 76 dalam ulangan matematika yang dianggapnya sulit namun ia merasa bahagia dan bersyukur karena nilai tersebut pas sekali kkm, sehingga ia tidak perlu remedial. Tentu jika dilihat dari segi nilai, nilai 99 jauh lebih tinggi dibanding nilai 76, lalu mengapa anak yang mendapat nilai 99 bersedih, tetapi anak yang mendapat 76 bersyukur dan berbahagia? Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa persepsi bahagia setiap orang seperti kepribadian dan sikap tiap-tiap orang adalah berbeda-beda.

            Oleh karena itu, janganlah kita membuat tolak ukur kebahagiaan untuk semua orang atau menyama-nyamakan kebahagiaan kita dengan orang lain, karena seperti setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, begitu juga dengan persepsi kebahagiaan setiap orang juga berbeda-beda. 
            Untuk itu, temukanlah hal-hal yang membuat kita bahagia dengan cara-cara kita sendiri, karena kebahagiaan adalah perasaan yang kita rasakan, dan bukan yang orang lain rasakan.




Let's be happy!

No comments:

Post a Comment